Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Tujuan, Dasar Peringatan dan Sejarah
Maulid
Nabi adalah momen memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW. Di tahun 2023 ini
Maulid Nabi jatuh pada Kamis, 28 September mendatang.
Umat
Islam di Indonesia biasanya memiliki ragam tradisi dan kegiatan untuk
menyemarakkan Maulid Nabi. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya dilakukan di
masjid, musala, sekolah, kantor, dan instansi.
Sejarah, Tujuan, dan Dasar dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sejarah
Maulid Nabi
Mengutip
laman resmi Nahdlatul Ulama, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini sudah
dilakukan oleh umat muslim sejak tahun kedua hijriah. Pendapat ini dikemukakan
oleh Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa.
Dijelaskan
dalam catatan tersebut, seorang bernama Khaizuran datang ke Madinah pada 170 H/789 M. Sesampainya di sana, ia memerintahkan penduduk mengadakan perayaan
untuk memperingati kelahiran Rasulullah SAW di Masjid Nabawi.
Lalu
ia juga mendatangi Mekkah dan memerintahkan hal yang sama kepada semua penduduk
yang ada di sana. Bedanya saat di Mekkah, Khaizuran memerintahkan penduduk di
sana untuk menyemarakan Maulid Nabi di rumah masing-masing.
Khaizuran
adalah sosok yang sangat berpengaruh pada masa itu, tepatnya saat pemerintahan
tiga khalifah Dinasti Abbasiyah. Ia mampu menginspirasi umat Islam di Arab
untuk meneladani ajaran dan kepemimpinan Rasulullah SAW.
Di
lain sisi, menurut jurnal Universitas Islam An Nur Lampung, peringatan Maulid
Nabi pertama kali dilaksanakan oleh Muzhaffaruddin Al-Kaukabri Seorang Raja
Irbil (sekarang wilayah Irak), pada awal abad 7 Hijriyah.
Biasanya
Sultan Mushaffar merayakan Maulid Nabi dengan acara besar-besaran. Ia
menyembelih ribuan kambing dan unta untuk dihidangkan seluruh rakyatnya. Ia
juga turut mengundang para ulama untuk hadir dalam perayaan tersebut.
Tujuan
Maulid Nabi
Umat
Islam dari seluruh dunia memilki cara uniknya masing-masing dalam menyemarakkan
peringatan Maulid Nabi. Namun, kegiatan yang berbeda tersebut tetap memiliki
tujuan yang sama.
Kedua,
dengan diperingatinya Maulid Nabi kita bisa belajar sejarah dan ajaran-ajaran
yang ia tinggalkan. Banyak sifat-sifat nabi yang dapat kita teladani seperti
Sidiq, Amanah, Fatonah, dan Tabligh.
Ketiga,
agar kita tetap bersemangat menyiarkan dan menjalankan ajaran agama Islam.
Dengan begitu kita menjalankan segala kewajiban umat Islam seperti salat 5
waktu, puasa, dan bersedekah.
Dasar
Peringatan Maulid Nabi
Menurut
laman resmi Majelis Ulama Indonesia, hukum memperingati Maulid Nabi adalah
boleh termasuk bid'ah hasanah (melakukan sesuatu yang baik). Dijelaskan juga
tidak ada dalil-dalil yang mengharamkan bagi siapa pun yang merayakan Maulid
Nabi Muhammad SAW.
Kebolehan
memperingati Maulid Nabi juga diperkuat oleh argumentasi syar'i. Rasulullah SAW
merayakan penerimaan wahyu dan hari kelahirannya dengan berpuasa setiap hari
Senin. Hal itu juga ditegaskan dalam Hadist riwayat Muslim.
"Dari
Abi Qotadah Al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai
puasa hari Senin. Beliau menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu
diturunkan kepadaku." (H.R. Muslim).
Demikian penjelasan sejarah, tujuan, dan dasar peringatan Maulid Nabi. Dengan begitu umat Islam bisa lebih semangat dalam memperingati dan menyemarakkan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sumber : copas detikcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar