• Jelajahi

    Copyright © wadaslintangcom
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Health

    Sejarah Asal Usul Desa Plunjaran

    Suroso
    , Jumat, Januari 06, 2023 WIB Last Updated 2023-02-09T06:21:41Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Sejarah Asal Usul Berdirinya Desa Plunjaran lengkap dengan ke-Lima terbentuknya Padukuhan

    Desa Plunjaran berada di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah kodepos 56365. Berbatasan dengan empat desa yaitu sebelah  utara Desa Trimulyo, Timur Kelurahan Wadaslintang, Selatan Desa Kumejing dan Barat Desa Lancar. 

    Makam RM. Tjokrodimedjo Demang Kembaran (pemakaman umum dukuh silulut)

    Siapa dan bagaimana Desa Plunjaran berdiri ?
    Pada jaman  perang Diponegoro tahun 1825-1830 bala tentara Pangeran Diponegoro sampailah di desa plunjaran dengan Ksataria dan bala tentara dengan berkuda (pasukan jaran) sehingga menjadi cikal bakal bakal nama desa.

    Dalam masa perang melawan penjajah Pasukan Pangeran Diponegoro tahun 1825-1830 dan bala tentara,  mandeg /pandegan (beristirahat) disuatu daerah yang selanjutnya menjadi nama salah satu dukuh di plunjaran yaitu Pandagan. 

    Dalam perjalanan beristirahat atau singgah Nenayi Ing Sanggrah selanjutnya menjadi nama satu dukuh Sanggrahan bakunya menjadi  Pesanggrahan. 

    Perjalanan selanjutnya bertemu orang orang yang ramah (lulut) kemudian menjadi nama dukuh Silulut yang didalamnya ada Pencok Awu-Kembaran
    Mbah Lulut dan Sentana/Jikem, Ksatria sakti yang di yakini sebagai tokoh babat alas pendiri dusun dan  RM. Tjokrodimedjo sebagai demang pertama yang lebih termasyur dengan sebutan Demang Kembaran 

    Perjalan selanjutnya menemukan wilayah yang pohon kelapanya sangat manis airnya, degan  (kelapa muda). Dengan keistimewahan Kelapa muda yang begitu manis disebut orang djawa cengkir legi (kelapa manis)  berada di tanah yang bagus disebut karang rejo tanah yang bagus  (lemah sing bejo) dari situlah mengusung nama dukuh Karangreja. 
    Selanjutnya yaitu adanya ksatria sakti  Bondis/ndukuh nama inipun membentuk satu nama dukuh yaitu mbondis yang sekarang dengan nama Dusun Plunjaran.
    Itulah asal muasal terbentuknya nama-nama dusun di Desa Plunjaran.
    Sedangkan nama Desa Plunjaran berasal dari Pasukan Pangeran Diponegoro yang berkuda yang menyebar di beberapa tempat lulut- silulut, sanggrah-pesanggrahan, cengkir legi-karangreja, mbondis-plunjaran. Plunjaran makna dan arti dari Puljaran (Pul ning jaran) tempat berkumpulnya Jaran (kuda) pada jaman pasukan Ksatria Pangeran Diponegoro menetap di plinjaran. Serta runtutan masa Kepemimpinan Kademangan/Demang, RM. Tjokrodimedjo Demang Kembaran
    Runtutan Kepemimpinan   :
    1. Abdul Patah
    2. Abu Toha
    3. Muhtoyib
    4. Kartya Sentana
    5. Mohzen (Sastro Dimedjo) 
    6. Hadi Waluyo
    7. Kuat Supriyanto
    8. Heri Nurkhamidin
    9. Adi Yulianto 

    Berikut sejumlah Nama dan Tempat yang Istimewa  di Desa Plunjaran:
    Makam Demang Kembaran berada di pemakaman umum di Dusun Silulut. 
    Makam Mbah Lulut, Ksatria yang sekti mandraguna (pendiri dusun/ desa plunjaran)
    Makam Sentana/Jikem, konon kisahnya beliau ksatria sing linuwih (orang sakti). 
    Kebon Tanjung, konon karena ada pohon tanjungnya yang tempat ini sekarang menjadi Balai Desa Plunjaran. 
    Bukit Watu Payung, yang memiliki arti di tumpuk,Pada waktu perang Diponegoro salah satu pengikutnya membawa kain putih dan jatuh di tempat tersebut yang banyak tumpukan batu dan salah satu tumpukan batu menyerupai payung. 
    Alas Kopen, alas yang berdampingan dengan pencok awu. 
    Pencok Awu, konon cerita dahulu ada orang sakti yang bertarung yang satu dipencok (perang dengan senjata tajam berubah menjadi abu). 
    Alas Benda, terdapat pohon benda yang besar dan ada sumber mata airnya. 
    Sungai Lemah Kobar, yang meiliki arti tanah terbakar,pada waktu ditemukannya sungai ini berwarna merah seperti terbakar. 
    Sungai Jaten, yang konon berarti sungai di kelilingi Pohon Jati, Pada waktu di temukan banyak terdapat pohon jati yang besar dan terdapat mata air disekitarnya. 
    Sungai Kedoya/Juru Tengah, dahulunya disebut Kali Mbalong yang ada air terjunnya dan dibawah air terjun terdapat pemandian 'Kali Kedoya'. 
    Sungai Kebo Kuning, artinya Kebo Bule Pada Perang Diponegoro tahun 1825-1830 ada pengikut yang bernama Kyai Duger,Kyai Amongrogo,Kyai Ageng dan Mangku Bumi. 
    Sungai Watu Lumpang/Slumpit (diapit),  batu yang berbentuk lumpang. Karena sungai tersebut diapit dua desa. 
    Kali Tileng, orang jawa menyebutnya (bening kileng-kileng) kali dibawah tebing yang jernih ( bening).          Sungai Terbang, sekarang senjadi nama Sungai Terbang bagaimana kisah itu dahulu sering terdengar suara terbang (alat musik) namun tidak diketahui kepastian letaknya dimana. 
    Sungai Tritis, (tidak berhenti),  aliran sungai tersebut sangat mengalir deras trirtis yang berarti tidak berhenti. 
    Sungai Poki, artinya sumur yang tidak pernah kering,dinamakan poki karena daerah tersebut banyak pohon poki kemudian muncul mata airnya. 
    Kedung Pingit, artinya Kedung/Sungai yang jeru (dalam). 
    Selap, suatu tempat yang berdekatan dengan kedung pingit-Punthuk saeni. 
    Punthuk Saeni/Puntuk Kethekan, karaena waktu itu banyak ketheknya (monyet) dan tempat itu berada dilokasi yang tinggi.
    Punthuk Asem, Tempat tinggi yang ada Pohon Asem (Mangga) besar dan pohon tersebut masih ada,selain pohon mangga terdapat pohon langka yaitu Pohon Krecik yang besar dan masih utuh juga. 
    Kedung Bayi,  bagaimana kisah itu dahulu sering terdengar suara bayi namun tidak diketahui kepastian letaknya dimana.
    Kedung Greges, kedung sing jeru kedung yang dalam tepat berada tidak dari di bawah kedung bayi.     
          
    *berbagai sumber
    *disclaimer: ini ialah pengetahuan pribadi 


    Komentar

    Tampilkan

    Untuk Anda