Si Kancil Mencuri Timun
Di suatu pagi yang cerah, si Kancil berjalan-jalan di pinggir hutan. Perutnya keroncongan, dan matanya mencari sesuatu yang bisa dimakan. Tiba-tiba, hidungnya menangkap aroma segar yang menggoda. Dia mengendus-endus, mengikuti aroma itu hingga sampai di sebuah kebun timun yang luas.
"Wah, timun-timun ini segar sekali!" pikir si Kancil dengan mata berbinar. Kebun itu milik Pak Tani, yang terkenal sangat menjaga tanamannya. Namun, si Kancil tidak peduli. Dia sudah memutuskan untuk mencuri beberapa timun untuk mengisi perutnya yang lapar.
Dengan hati-hati, si Kancil melompati pagar kayu yang mengelilingi kebun. Dia berjalan pelan, memastikan tidak ada yang melihatnya. Saat dia mendekati deretan timun, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki. Pak Tani sedang berjalan ke arahnya!
Si Kancil panik. Dia cepat-cepat bersembunyi di balik semak-semak, menahan napas agar tidak ketahuan. Pak Tani berhenti sebentar, melihat sekeliling, lalu melanjutkan perjalanannya. Si Kancil menghela napas lega.
Setelah yakin tidak ada lagi bahaya, si Kancil kembali mendekati timun-timun itu. Dia memilih yang terbesar dan paling segar, lalu menggigitnya dengan lahap. "Hmm, enak sekali!" gumamnya sambil terus melahap timun itu.
Tiba-tiba, dia mendengar suara gonggongan anjing. Rupanya, Pak Tani telah menyadari ada yang mencuri timunnya dan melepaskan anjing penjaga. Si Kancil kaget dan langsung berlari secepat mungkin. Dia melompati pagar, melewati semak-semak, dan akhirnya berhasil kabur ke dalam hutan.
Sesampainya di tempat aman, si Kancil duduk sambil terengah-engah. Dia melihat timun yang masih tersisa di tangannya dan tersenyum. "Berbahaya sekali, tapi sepadan dengan timun segar ini," pikirnya.
Sejak hari itu, si Kancil belajar bahwa mencuri bukanlah hal yang baik. Meskipun dia berhasil mendapatkan timun, risiko yang dihadapinya sangat besar. Dia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mencuri lagi dan mencari cara lain untuk mendapatkan makanan.
Dan begitulah cerita si Kancil yang mencuri timun, sebuah pelajaran berharga tentang konsekuensi dari perbuatan yang tidak jujur. *Suroso, berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar