masukkan script iklan disini
Aku ini siapa,
siapa yang mau menghormati
Siapa yang mencibir
Dan siapa yang menuntun
Menempatkan mahkota di wajah
Supaya kepala pandai menunduk
Isi kepala menjadi kekayaan
Lahir yang di nanti
Kecil di belai di tunggu sampai matahari membakar umur
Sesuap nasi membentuk tulang dan daging, masih saja kurang
Engkau di mimpikan punya cita-cita
Di gadang seisi rumah
Mengapai singgahsana Sulaiman,
sepertinya tak mungkin..aku tunggu dalam pijakan kaki
Mereka punya keinginan
Memaksa sampai membasahi seluruh nadi
Aku ingin takdirku, yang di ridhoi Malaikat
Awalnya sederhana, bisa bicara merangkat dan berlari
Namun tanpa di elakan harus memikul
Itu bukan beban hanya rintihan sebentar
Setiap detik aku selalu tertawa berwajah riang
Yang sesekali tersenyum...senyumkununtuk mu Malaikat
Namun entah awan atau hati yang tak nampak, bahagiaku jarang terlihat
Senja melihatku di kala menangis
Saat hati ini berdoa, engkau tak pernah faham
Hanya kala tersungkur baru mencuat
Jarang melihat yang mencari muka, agar Tuhan dan Malaikat memihaknya
Tak ingin menyakiti hidup, dan saat mati jangan sampai engkau hujat serta baru menghakimi
Kemarin aku sudah beramal besar..tidur dan senyum
Tangis yang menetes ialah cara Tuhan merubah budi pekerti
Dengan nada keras...aku tak pernah menyakiti isi alam ini
Bahkan cinta tak hanya dicintai
Akupun berharap dunia tak bisa membuatku buta.
Wadaslintang, 13 September 2025
Penulis; Suroso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar