Kabut amora turun dari kelopak mata lembah,
menggiring awan-awan patah hati
menjadi kawanan kijang berlumur cahaya.
Aku berjalan di dalamnya,
menyusuri jalan yang melengkung
seperti tulang rusuk bumi.
Setiap langkah, pepohonan berdenyut—
menyembunyikan rahasia bunga
yang tumbuh dari sisa pelukanmu.
Di sana, rindu menjelma
burung tanpa paruh,
terbang rendah di antara suara
denting jam yang berdarah
di dinding kabut.
Amora adalah tirai tak kasat;
ia melukis wajahmu
di permukaan air yang terus pecah,
lalu membiarkannya hanyut
ke dalam laut
yang menolak berbentuk.
Aku pun larut—
menjadi serpihan cermin
yang memantulkan bayanganmu berkali-kali
hingga tak jelas lagi:
mana aku, mana engkau,
mana cinta
yang pernah bernama kita.
Kediri, 10 September 2025
Penulis : Siera Putri Fb
#Wanita_Hujan


Tidak ada komentar:
Posting Komentar