• Jelajahi

    Copyright © WadaslintangCom
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Health

    RUMAH DALAM DIRI

    WadaslintangCom
    , Minggu, September 28, 2025 WIB Last Updated 2025-09-28T11:50:05Z
    masukkan script iklan disini

    Sejak lama aku belajar menjadi orang yang memahami.

    Aku belajar membaca perubahan di wajah orang lain,

    menangkap nada suara yang sedikit retak,

    menahan air mataku agar tidak menambah beban siapa pun.


    Aku tahu cara menenangkan,

    cara mengalah supaya orang lain tidak sakit hati,

    cara mengerti bahkan ketika aku sendiri tak dimengerti.


    Foto ilustrasi Puncak Bogor


    Tapi malam-malam panjang sering memantulkan pertanyaan yang sama:

    siapa yang pernah sungguh memahami aku?

    Siapa yang diam-diam menakar lelahku,

    membaca sedihku,

    dan menjaga agar aku tidak runtuh?


    Aku sering merasa hidup memberiku peran tunggal:

    aku menjadi tempat berlabuh,

    namun jarang sekali ada pelabuhan untukku singgahi.

    Aku jadi telinga bagi cerita orang,

    tapi ketika aku ingin bersuara, hanya sepi yang menjawab.


    Aku tahu, sikapku yang selalu mengerti adalah perisai.

    Aku memakainya supaya aku tidak ditolak,

    supaya aku tetap dianggap baik,

    supaya aku tidak kehilangan cinta yang kubutuhkan.

    Namun perisai ini pun berat.


    Lama-lama aku sadar:

    aku tidak bisa terus hidup hanya sebagai sandaran orang lain.

    Aku juga butuh dipeluk,

    butuh dimengerti,

    butuh dilihat sebagai manusia yang tak selalu kuat.


    Malam itu, ketika aku berdiri di depan cermin,

    bayangan diriku sendiri berbisik lirih:

    “Kau juga penting. Kau juga berhak dimengerti.

    Kalau dunia tidak bisa memberi itu,

    maka izinkan dirimu memberikannya pada dirimu sendiri.”


    Aku terdiam lama.

    Dan untuk pertama kalinya, aku mulai percaya


    Penulis: Pelangi Senja Fb
    Editor: Suroso


    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sudut