masukkan script iklan disini
Serupa Bayang dalam Kabut
Sumber foto, fb Siera Putri
Aku adalah bisik yang lahir
dari kelam senyap malam,
dibungkus kabut yang enggan pecah,
tak bernama
hanya tersisa sebagai getar
yang meneteskan dingin di dada.
dari kelam senyap malam,
dibungkus kabut yang enggan pecah,
tak bernama
hanya tersisa sebagai getar
yang meneteskan dingin di dada.
Aku berjalan dalam kata
seperti bayang mencari cahaya,
menyulam kehilangan
menjadi bunga rindu
yang layu di bawah hujan abadi.
seperti bayang mencari cahaya,
menyulam kehilangan
menjadi bunga rindu
yang layu di bawah hujan abadi.
Kau takkan pernah tahu siapa aku sebenarnya.
Aku adalah ambigu,
tak berwujud,
mengapung di antara bentuk yang rapuh
dan abstraksi yang tak bisa kau genggam.
Aku adalah ambigu,
tak berwujud,
mengapung di antara bentuk yang rapuh
dan abstraksi yang tak bisa kau genggam.
Hari-hari kau mencariku
di antara larik puisi,
di jeda titik dan koma.
Namun yang kau temukan hanyalah jejak samar,
sementara aku tetap bersembunyi
di balik kabut yang tak pernah usai.
di antara larik puisi,
di jeda titik dan koma.
Namun yang kau temukan hanyalah jejak samar,
sementara aku tetap bersembunyi
di balik kabut yang tak pernah usai.
Kau sebut rindumu berapi kepadaku,
kau bisikkan ingin hadir setiap waktu,
kau bayangkan percakapan tak bertepi.
Tapi tak pernah kau lihat:
akulah perempuan berlumur luka,
yang tak bisa disembuhkan oleh manisan kata,
atau rayuan yang gugur tanpa makna.
kau bisikkan ingin hadir setiap waktu,
kau bayangkan percakapan tak bertepi.
Tapi tak pernah kau lihat:
akulah perempuan berlumur luka,
yang tak bisa disembuhkan oleh manisan kata,
atau rayuan yang gugur tanpa makna.
Dan jika suatu hari kau masih mencariku,
carilah di sisa hujan yang menua,
atau di tepian Brantas yang muram,
tempat arus membawa rahasia tak terucap
sebab di sanalah aku tinggal,
sebagai bayang tak pernah utuh,
namun tetap berdenyut
dalam sunyi yang memanggilmu.
carilah di sisa hujan yang menua,
atau di tepian Brantas yang muram,
tempat arus membawa rahasia tak terucap
sebab di sanalah aku tinggal,
sebagai bayang tak pernah utuh,
namun tetap berdenyut
dalam sunyi yang memanggilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar