Bersama matahari ditepi teras, kopi di pandang menguatkan tekad
seribu angan menjadi satu, satu persatu terbayang harapan.
Bersyukur tanpa menarik enggan surud menolak seperti pahitnya merubah rasa,
lahirlah semangat, terlepas lelah dan leluh, bukan mengeluh lalu patah.
Hanya butuh motivasi alam dan isinya, kehangatan sinar matahari tembus ke sanubari.
wajah tenang bagai telaga, rupanya isi perut bercengkrama.
Kulihat danau isi rumah ku, tak ada bahan untuk di cerna,
dan lambungku hanya perlu sesuap, bukan berhampuran tak terbatas.
Di sebrang gunung di tepi laut kulihat Raja dengan emas berlian yang membatu,
tanpa risau hari ini ataupun esok, ia pasrah pada Pencipta.
Yang di perlukan ialah kekompakan, anugrah yang di berikan, irama tangan dan kaki tanpa syarat,
bukan berebut pepesan kosong bukan, mendulang emas seperti penolong berbagi secuil kasih.
Sedari ku pahami mengeluh hanya menambah dosa, masalah akan pergi.
kekuatan sejati lahir dari diri, bukan cacian saat kosong,
bukan sanjungan saat berusaha jejak nafkah yang tak nampak,
angan enggan padam yang mati sebelum kewajiban terjawab.
Wadaslintang, 19 September 2025
Penulis : Suroso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar